Kebaktian Jumat Agung, 6 April 2007
Mengapa disebut Jumat Agung? Karena belum pernah ada manusia kerjakan pada 2000 tahun yang lalu, sebagaimana Yesus Kristus kerjakan untuk umat manusia. Kita harus selalu ingat, bahkan tidak setiap tahun melainkan setiap saat melalui Perjamuan Suci. Jangan Jumat Agung menjadikannya tradisi, karena bukan harinya semata-mata, tetapi makna dari korban Yesus. Yesus mengerjakan hal tersebut bukan tanpa tujuan. Tetapi untuk manusia berdosa. Manusia selalu ditandai dengan dosa. Dan akibat dosa, datanglah penderitaan, dan kesusahan yang kita alami. Mengapa kita tertekan begitu lama? Karena dosa yang ada pada kita. Untuk itu kita perlu datang setiap kali.
Dosa telah mendakwa kita, dan hati nurani selalu ditunjuk akan kesalahan, dan kekurangan kita. Sehingga tidak ada keberanian untuk menghadap Tuhan. Justru melalui korban Yesus kita mau dibebaskan. Solusi satu-satunya adalah lewat kematian Yesus Kristus (Roma 5:6-11). Tanpa terkecuali, semua manusia sudah berdosa. Dan harus mati karena dosanya (Roma 3:9-20).
Tanpa kematian Yesus, kita tetap menjadi seteru Allah. Tetapi melalui korban Nya, sehingga kita bisa menikmati kedamaian. Hal ini menunjukan betapa besar kasih Allah pada umat manusia. Allah sudah mengorbankan AnakNya yang tunggal. Bayangkan Ayah mana yang rela mengorbankan anaknya semata wayang kemudian dikorbankan. Hal ini Allah kerjakan supaya kita merasa, betapa besar kasih Allah untuk manusia.
Seringkali kelemahan dijadikan alasan untuk tidak melayani dan tidak beribadah. Keadaan manusia yang seperti itu, apakah Allah tetap mengasihi kita? Dia tetap mengasihi kita, tetapi Dia membenci dosa kita. Lepaskan!. Harus ada kemauan untuk menanggalkan dosa. Dosa besar menjadi kecil dan dari kecil menjadi hilang. Korban Yesus berkuasa untuk menolong. Jangan berseteru dengan Allah, berdamailah. Dia akan mencurahkan kasihNya kepada kita (I Yohanes 3:1-2). Jangan kita sebagai anak berseteru dengan ayah, apalagi kita kepada Tuhan. Akan mengalami kerugian orang itu. Kita harus memanfaatkan kuasa korban Yesus agar tidak lagi lemah dan terus menerus lemah. Kalau kita sudah berdamai dengan Allah, tidak sukar bagi kita untuk berdamai dengan sesama manusia. Jangan harap ada berkat, jika tidak ada damai antara suami-istri. Jangan menyimpan dosa. Pagarilah hidup kita supaya tidak jatuh. Orang lemah tidak akan bisa mengikuti geraknya pembangunan tubuh Kristus. Dia mati di kayu salib bukan dalam keadaan Allah. Dia mati sebagai manusia biasa yang penuh dengan kelemahan, ada rasa kesakitan. Untuk itu Dia berseru kepada Allah “Mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Suatu seruan dengan ratap tangis" (Ibrani 5:7-10). Dia merasakan kematian sebagai manusia. Ibrani 4:15, Dia adalah Imam Besar yang turut merasakan kelemahan kita. Dengan lain perkataan, bahwa kita tidak harus menanggung sendiri segala penderitaan kita. Karena itu jangan lekas putus asa (Filipi 2:5-11).
Melalui korbanNya kita akan diperdamaikan, bukan menjadi seteru lagi, melainkan menjadi sahabat Allah. Sebagai sahabat Allah, segala rencana Allah ke depan, akan Dia ceritakan kepada seorang sahabat.
Kita ini berhutang banyak kepada Tuhan (Lukas 7:36-50). Orang berhutang karena ada suatu keinginan. Untuk menolong Simon, Yesus memberi dua perumpamaan. Kata Yesus, ada dua orang yang berhutang kepada pelepas hutang, yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang satu lima puluh dinar. Karena tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah diantara mereka yang akan terlebih mengasihi dia? Yesus mendengar jawaban dari Simon (yang pernah menderita kusta). Bicara soal kusta, adalah orang yang suka memberontak. Meterainya orang pemberontak adalah kusta (Bilangan 12). Hal ini pernah dialami oleh Miriam dan Harun ketika memberontak kepada Musa. Kalau pemimpin telah ditetapkan oleh Allah, Dia tidak akan meninggalkan bahkan menghukum mereka yang memberontak. Untuk itu seorang Pemimpin harus jujur, supaya ada pembelaan dari Tuhan. Akibat memberontak bumi terbelah dan menelan mereka yang memberontak.
Pada kasus ini Simon belajar tidak lagi memberontak. Kusta di sini juga berarti kenajisan, seperti halnya Panglima Naaman. Jabatan boleh disandang, tetapi tubuhnya dia tutup. Ditutup dengan jabatan. Kusta adalah kenajisan pikiran dan perasaan. Untuk itu dia harus belajar dengar-dengaran kepada seorang Nabi Elisa.
Simon sudah ditahirkan, karena itu dia undang Yesus. Soal menjawab, Simon betul. Tetapi apa yang dilakukan Simon tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh perempuan itu. Perempuan berdosa ini mendadak datang dan menangis.
Perempuan itu datang justru membasuh kaki dengan air mata dan menyeka dengan rambut-rambut (kebanggaan untuk setiap wanita). Mencium disini artinya berdamai. Kalau mencium kaki artinya ada kerendahan hati, menyadari siapa hidup perempuan ini. Mengapa perempuan ini berani nyelonong masuk ke rumah Simon? Padahal Simon punya hak untuk mengusir. Dan perempuan ini terkenal dengan hal yang negatif, sebagai pengganggu. Semua antipati kepada perempuan itu (Lukas 7:36-39). Kalau kita dikenal karena hal positif, jadi berkat. Tetapi perempuan ini tidak. Perempuan ini berani masuk, karena dia tahu ada seorang yang bisa menghapus dosa (Yohanes 1:29,35-37). Yohanes di sini adalah Yohanes pembabtis. Suara Yohanes diberitakan di padang belantara, diperdengarkan tentang “Lihat Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. Suara inilah yang didengar oleh perempuan itu, sehingga dia datang ke rumah Simon. Dia mau dilepaskan dari segala dosa. Menjadi sahabat Allah. Perempuan ini dibebaskan dari hutangnya yang bagaikan 500 dinar, sementara Simon dibebaskan hutangnya yang bagaikan 50 dinar.
Padahal bicara soal hutang, jika tidak dibayarkan, seharusnya dijebloskan ke dalam penjara untuk melunasi hutang-hutangnya (Matius 18:25). Justru Simon dan Perempuan ini dibebaskan dari segala hutang.
Dalam Matius 26:6-13, juga terjadi seorang perempuan yang mencurahkan minyak. Tetapi ini bukan perempuan yang Yesus maksudkan di Kitab Lukas. Sebab ini dicurahkan di kepala. Juga dalam Markus 14:3-9, sama-sama menceritakan perempuan, tetapi berbeda. Perempuan adalah menunjuk gereja Tuhan. Perempuan pada Matius dan Markus, mencurahan Yesus di kepala, tetapi pada Lukas pada justru kaki, tempat yang paling rendah.
Tetapi kaki Yesus justru adalah tempat yang menyenangkan bagi Maria (Yohanes 12:1-8). Maria mengambil setengah kati minyak narwastu dan meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Hendaklah para wanita menyenangi kaki Yesus untuk berdoa bagi suami dan anak. Doa dan menyembah harus menjadi kesenangan, yang didasarkan oleh karena cinta. Karena dorongan kasih Allah. Bukan karena tekanan dan keterpaksaan.
Kita berhutang banyak kepada Tuhan. Firman Allah banyak disampaikan, Roh Kudus dicurahkan, tetapi kenapa kita tetap lemah. Sampai kapan akan menjadi kuat? Sebab jika tidak, lama kelamaan Roh Kudus akan berduka cita, padam dan akhirnya menjadi penghujat. Jika tidak mau berubah!!!. Kalau kita dituduh terus, ada jari yang terus menunjuk (Kolose 2:13-14). Hutang akan mengancam dan mendakwa, tetapi Tuhan sudah bebaskan, dan sudah dipakukan di kayu salib.
Allah itu baik, kita akan merasakan kebaikan Tuhan, karena (Mazmur 103:1-5) : 1. Menghapus dosa, 2. Menyembuhkan penyakit, 3. Melepaskan dari lobang kubur, 4. Merasakan kemurahan Tuhan, 5 dan menjadi baru. Dapatkah kita merasakan diperbaharui setiap saat. Sehingga ada kesukaan untuk menghadap hadirat Tuhan. Jangan lekas putus asa, sebab di dalam Dia selalu ada solusi. Dia akan melepaskan orang yang miskin, tertindas, tidak punya penolong. Bahkan dia menebus dari penindasan dan kekerasan. Sebab darah kita mahal di pemandangan Allah. Untuk itu Dia tumpahkan darah-Nya di kayu salib (Mazmur 72:12-14). Mazmur 117:1-2, Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, sebab kasih setia-Nya untuk kita selama-lamanya. Amin.
Dosa telah mendakwa kita, dan hati nurani selalu ditunjuk akan kesalahan, dan kekurangan kita. Sehingga tidak ada keberanian untuk menghadap Tuhan. Justru melalui korban Yesus kita mau dibebaskan. Solusi satu-satunya adalah lewat kematian Yesus Kristus (Roma 5:6-11). Tanpa terkecuali, semua manusia sudah berdosa. Dan harus mati karena dosanya (Roma 3:9-20).
Tanpa kematian Yesus, kita tetap menjadi seteru Allah. Tetapi melalui korban Nya, sehingga kita bisa menikmati kedamaian. Hal ini menunjukan betapa besar kasih Allah pada umat manusia. Allah sudah mengorbankan AnakNya yang tunggal. Bayangkan Ayah mana yang rela mengorbankan anaknya semata wayang kemudian dikorbankan. Hal ini Allah kerjakan supaya kita merasa, betapa besar kasih Allah untuk manusia.
Seringkali kelemahan dijadikan alasan untuk tidak melayani dan tidak beribadah. Keadaan manusia yang seperti itu, apakah Allah tetap mengasihi kita? Dia tetap mengasihi kita, tetapi Dia membenci dosa kita. Lepaskan!. Harus ada kemauan untuk menanggalkan dosa. Dosa besar menjadi kecil dan dari kecil menjadi hilang. Korban Yesus berkuasa untuk menolong. Jangan berseteru dengan Allah, berdamailah. Dia akan mencurahkan kasihNya kepada kita (I Yohanes 3:1-2). Jangan kita sebagai anak berseteru dengan ayah, apalagi kita kepada Tuhan. Akan mengalami kerugian orang itu. Kita harus memanfaatkan kuasa korban Yesus agar tidak lagi lemah dan terus menerus lemah. Kalau kita sudah berdamai dengan Allah, tidak sukar bagi kita untuk berdamai dengan sesama manusia. Jangan harap ada berkat, jika tidak ada damai antara suami-istri. Jangan menyimpan dosa. Pagarilah hidup kita supaya tidak jatuh. Orang lemah tidak akan bisa mengikuti geraknya pembangunan tubuh Kristus. Dia mati di kayu salib bukan dalam keadaan Allah. Dia mati sebagai manusia biasa yang penuh dengan kelemahan, ada rasa kesakitan. Untuk itu Dia berseru kepada Allah “Mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Suatu seruan dengan ratap tangis" (Ibrani 5:7-10). Dia merasakan kematian sebagai manusia. Ibrani 4:15, Dia adalah Imam Besar yang turut merasakan kelemahan kita. Dengan lain perkataan, bahwa kita tidak harus menanggung sendiri segala penderitaan kita. Karena itu jangan lekas putus asa (Filipi 2:5-11).
Melalui korbanNya kita akan diperdamaikan, bukan menjadi seteru lagi, melainkan menjadi sahabat Allah. Sebagai sahabat Allah, segala rencana Allah ke depan, akan Dia ceritakan kepada seorang sahabat.
Kita ini berhutang banyak kepada Tuhan (Lukas 7:36-50). Orang berhutang karena ada suatu keinginan. Untuk menolong Simon, Yesus memberi dua perumpamaan. Kata Yesus, ada dua orang yang berhutang kepada pelepas hutang, yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang satu lima puluh dinar. Karena tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah diantara mereka yang akan terlebih mengasihi dia? Yesus mendengar jawaban dari Simon (yang pernah menderita kusta). Bicara soal kusta, adalah orang yang suka memberontak. Meterainya orang pemberontak adalah kusta (Bilangan 12). Hal ini pernah dialami oleh Miriam dan Harun ketika memberontak kepada Musa. Kalau pemimpin telah ditetapkan oleh Allah, Dia tidak akan meninggalkan bahkan menghukum mereka yang memberontak. Untuk itu seorang Pemimpin harus jujur, supaya ada pembelaan dari Tuhan. Akibat memberontak bumi terbelah dan menelan mereka yang memberontak.
Pada kasus ini Simon belajar tidak lagi memberontak. Kusta di sini juga berarti kenajisan, seperti halnya Panglima Naaman. Jabatan boleh disandang, tetapi tubuhnya dia tutup. Ditutup dengan jabatan. Kusta adalah kenajisan pikiran dan perasaan. Untuk itu dia harus belajar dengar-dengaran kepada seorang Nabi Elisa.
Simon sudah ditahirkan, karena itu dia undang Yesus. Soal menjawab, Simon betul. Tetapi apa yang dilakukan Simon tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh perempuan itu. Perempuan berdosa ini mendadak datang dan menangis.
Perempuan itu datang justru membasuh kaki dengan air mata dan menyeka dengan rambut-rambut (kebanggaan untuk setiap wanita). Mencium disini artinya berdamai. Kalau mencium kaki artinya ada kerendahan hati, menyadari siapa hidup perempuan ini. Mengapa perempuan ini berani nyelonong masuk ke rumah Simon? Padahal Simon punya hak untuk mengusir. Dan perempuan ini terkenal dengan hal yang negatif, sebagai pengganggu. Semua antipati kepada perempuan itu (Lukas 7:36-39). Kalau kita dikenal karena hal positif, jadi berkat. Tetapi perempuan ini tidak. Perempuan ini berani masuk, karena dia tahu ada seorang yang bisa menghapus dosa (Yohanes 1:29,35-37). Yohanes di sini adalah Yohanes pembabtis. Suara Yohanes diberitakan di padang belantara, diperdengarkan tentang “Lihat Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. Suara inilah yang didengar oleh perempuan itu, sehingga dia datang ke rumah Simon. Dia mau dilepaskan dari segala dosa. Menjadi sahabat Allah. Perempuan ini dibebaskan dari hutangnya yang bagaikan 500 dinar, sementara Simon dibebaskan hutangnya yang bagaikan 50 dinar.
Padahal bicara soal hutang, jika tidak dibayarkan, seharusnya dijebloskan ke dalam penjara untuk melunasi hutang-hutangnya (Matius 18:25). Justru Simon dan Perempuan ini dibebaskan dari segala hutang.
Dalam Matius 26:6-13, juga terjadi seorang perempuan yang mencurahkan minyak. Tetapi ini bukan perempuan yang Yesus maksudkan di Kitab Lukas. Sebab ini dicurahkan di kepala. Juga dalam Markus 14:3-9, sama-sama menceritakan perempuan, tetapi berbeda. Perempuan adalah menunjuk gereja Tuhan. Perempuan pada Matius dan Markus, mencurahan Yesus di kepala, tetapi pada Lukas pada justru kaki, tempat yang paling rendah.
Tetapi kaki Yesus justru adalah tempat yang menyenangkan bagi Maria (Yohanes 12:1-8). Maria mengambil setengah kati minyak narwastu dan meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Hendaklah para wanita menyenangi kaki Yesus untuk berdoa bagi suami dan anak. Doa dan menyembah harus menjadi kesenangan, yang didasarkan oleh karena cinta. Karena dorongan kasih Allah. Bukan karena tekanan dan keterpaksaan.
Kita berhutang banyak kepada Tuhan. Firman Allah banyak disampaikan, Roh Kudus dicurahkan, tetapi kenapa kita tetap lemah. Sampai kapan akan menjadi kuat? Sebab jika tidak, lama kelamaan Roh Kudus akan berduka cita, padam dan akhirnya menjadi penghujat. Jika tidak mau berubah!!!. Kalau kita dituduh terus, ada jari yang terus menunjuk (Kolose 2:13-14). Hutang akan mengancam dan mendakwa, tetapi Tuhan sudah bebaskan, dan sudah dipakukan di kayu salib.
Allah itu baik, kita akan merasakan kebaikan Tuhan, karena (Mazmur 103:1-5) : 1. Menghapus dosa, 2. Menyembuhkan penyakit, 3. Melepaskan dari lobang kubur, 4. Merasakan kemurahan Tuhan, 5 dan menjadi baru. Dapatkah kita merasakan diperbaharui setiap saat. Sehingga ada kesukaan untuk menghadap hadirat Tuhan. Jangan lekas putus asa, sebab di dalam Dia selalu ada solusi. Dia akan melepaskan orang yang miskin, tertindas, tidak punya penolong. Bahkan dia menebus dari penindasan dan kekerasan. Sebab darah kita mahal di pemandangan Allah. Untuk itu Dia tumpahkan darah-Nya di kayu salib (Mazmur 72:12-14). Mazmur 117:1-2, Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, sebab kasih setia-Nya untuk kita selama-lamanya. Amin.